Oleh: Santo Yuwana, Head of Domestic Business Unit Cultural APP Sinar Mas.
Pandemi virus COVID-19 yang menyebar dengan cepat telah menciptakan sebuah norma baru dalam bersosialisasi, yang salah satunya berimbas terhadap proses pembelajaran anak Indonesia. Kegiatan belajar mengajar di Indonesia telah berubah drastis sejak sekolah tutup pada Maret lalu untuk mencegah penyebaran, banyak siswa dan guru dituntut untuk cepat terkoneksi dan beradaptasi dengan dunia digital guna tetap melangsungkan pengajaran dan pembelajaran dari rumah. Tak terhindarkan jika hal tersebut sangat berdampak pada pola menimba ilmu anak Indonesia.
Proses pembelajaran di masa pandemi dapat menurunkan minat dan kesempatan lebih untuk belajar, terbukti dari survei yang dilakukan oleh UNICEF pada Mei dan Juni 2020 melalui U-Report mengungkapkan jika dari total 3.767 responden, 87% di antaranya menginginkan untuk kembali ke sekolah yang dinilai lebih efektif untuk belajar karena adanya bimbingan secara langsung dari guru.[1] Selain itu, belum lagi melihat Indonesia yang berada dalam urutan enam terbawah yaitu peringkat ke 72 dari 77 negara berdasarkan survei kemampuan pelajar menurut lembaga penilaian pendidikan internasional Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018.[2]
Melihat rendahnya kompetensi pelajar Indonesia di mata global dan ditambah dengan ancaman krisis pendidikan di era pandemi, pastinya menambah beban industri pendidikan Indonesia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim, mengatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu indikator penting bagi Negara bisa berkembang, oleh karena itu, jika tidak disiapkan sebuah sistem pembelajaran cepat dan efektif di masa pandemi ini dapat memberikan risiko yang permanen untuk kualitas kompetensi anak bangsa di masa depan.[3]
Proses pengajaran dan pembelajaran di masa pandemi ini membutuhkan peran seluruh pihak, tidak hanya pemerintah dan guru, namun para orang tua. Salah satu faktor yang dianggap sangat mempengaruhi penalaran dan kompetensi pembelajaran anak adalah kemampuan literasi yang wajib terus dilakukan baik di sekolah maupun di rumah. Penerapan kecintaan literasi yang salah satu kegiatannya menulis di buku tulis mempunyai manfaat yang besar terhadap kemajuan cara berpikir, kreativitas, motorik dan pembangunan karakter anak-anak kedepannya, yang mana harus dibudidayakan meski era digitalisasi telah merambah.
Kognisi dan pendidikan saling terhubung
Para pelajar tidak dapat bersekolah dan bersosialisasi, sehingga kehidupan mereka jauh dari kata normal. Mereka dipaksa untuk terbiasa dengan kehidupan digital, yang mana aktivitas sehari-hari melibatkan komunikasi digital. Meskipun sebelum pandemi terjadi digitalisasi sudah merambah, namun kini aktivitas menggunakan pembelajaran digital tidak dapat terhindarkan sehingga pelajar kerap menghabiskan waktu di depan layar dan menyentuh layar.
Mencatat di laptop/komputer/smartphone menjadi semakin umum, padahal mencatat dengan menggunakan gadget dapat mengalihkan perhatian dan mengundang multitasking. Banyak peneliti telah menyarankan bahwa mencatat dengan gadget dinilai kurang efektif dibandingkan mencatat dengan tulisan tangan untuk belajar, meskipun laptop/komputer/smartphone digunakan hanya untuk membuat catatan, penggunaannya menghasilkan pemrosesan yang lebih dangkal.[4] Sebaliknya, mencatat dengan tulisan tangan melibatkan keterlibatan kognitif dalam meringkas, memparafrasekan, mengatur, memetakan konsep dan kosakata sehingga mengubah informasi menjadi pemahaman yang lebih mendalam.[5]
Oleh dari itu, para pelajar membutuhkan keterampilan kognitif dalam pembelajaran yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk memproses informasi dan terhubung dengan hasil belajar yang lebih baik.
Aktif terlibat dalam memaknai dengan tulisan tangan
Mencatat dengan tulisan tangan menjadi kegiatan untuk lebih memahami dan memaknai pelajaran sebagai sebuah renungan untuk dibaca kembali nanti agar dapat memahami dan mengingat secara mendalam, sehingga dapat memicu pemikiran kreatif anak. Mencatat dengan tulisan tangan tidak terbatas oleh daya tahan baterai dan hasilnya dapat bertahan seiring waktu.
Hal ini dapat menjadi strategi belajar yang ampuh bagi para pelajar. Meskipun mencatat dengan tulisan tangan tidak secepat mengetik di gadget dan menulis sesuai kata demi kata seperti yang dijelaskan oleh pengajar, namun pelajar yang mencatat dengan tulisan tangan dapat mengambil informasi yang paling penting dan relevan dari apa yang diterangkan.
Menurut jurnal penelitian dari Markus Kiefer dan rekan-rekannya, tulisan tangan membutuhkan reproduksi bentuk setiap huruf yang dibentuk secara hati-hati, sedangkan dalam mengetik, program motorik tidak terlibat dengan pembentukan huruf, sehingga program motorik yang terkait dengan tulisan tangan memberikan jejak memori informatif tambahan dan dapat berkontribusi pada representasi bentuk huruf dan pengertian kalimat. [6]
Memahami nilai catatan dengan tulisan tangan
Catatan tulisan tangan mungkin merupakan cara paling efektif untuk membangun dan memperdalam pengetahuan para pelajar dan mengembangkan kemampuan analitis anak. Mengetik catatan dengan keyboard laptop/komputer lebih cepat dan dapat mencatat kata demi kata, dan mencatat dengan tulisan tangan cenderung lebih lambat, namun para pelajar dapat membuat ringkasannya atau memberi tambahan lain seperti menggambar, memberikan lingkaran, menggarisbawahi, atau menambahkan informasi tambahan sehingga mempunyai unsur keterikatan personal yang lebih mendalam dan juga dapat membantu dalam memahami dan mengingat.
Hal tersebut didukung oleh hasil dalam suatu percobaan yang dilakukan oleh Pam Mueller dari Princeton University yang diterbitkan pada tahun 2014[7], yang mana dalam percobaan tersebut para pelajar diberikan tugas untuk menyaksikan Ted Talks dan diminta untuk mencatat. Hasilnya menunjukkan bahwa pelajar yang mencatat dengan tulisan tangan dapat menyimpan informasi lebih baik daripada pelajar yang mengetik dengan laptop.
Upaya SiDU Buku Tulis dalam “Ayo Menulis Bersama SiDU”
Sejak tahun 2017, Buku Tulis SiDU berkomitmen untuk menjadi bagian dari peningkatan berkelanjutan untuk pendidikan nasional memberdayakan anak-anak Indonesia melalui kebiasaan menulis dengan “Ayo Menulis Bersama SiDU”. Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk menginspirasi dan memberikan dukungan kepada generasi muda dalam menulis sebagai bagian dari pengembangan awal dan masa depan mereka.
SiDU ingin menjadi partner bagi orang tua, guru dan pemerintah dalam mengembangkan kebiasaan menulis anak Indonesia sehingga dapat membantu meningkatkan kompetensi generasi masa depan Indonesia untuk mampu bersaing secara global dan berkontribusi dalam membangun dunia menjadi lebih baik lagi.
Oleh karena itu, di masa pandemi ini, SiDU berharap dengan diterapkannya sistem pembelajaran jarak jauh oleh pemerintah, melalui dukungan dari guru dan dan orang tua atas penerapan kegiatan menulis di buku tulis yang terus dilakukan, anak-anak Indonesia dapat meningkatkan kemampuan kognitif-nya untuk menjawab tantangan masa depan setelah pandemi ini berakhir.